Ketika Kemewahan Tak Cukup: Potret Pilu Gagalnya Timnas U-22 di SEA Games 2025

2025-12-13 02:14:10 By Ziga

Timnas Indonesia U-22 pulang dari SEA Games 2025 dengan kepala tertunduk. Harapan untuk kembali mengibarkan bendera Merah Putih di podium tertinggi cabang sepak bola kandas di fase grup, setelah skuad racikan Indra Sjafri hanya mampu mengoleksi tiga poin dari dua pertandingan di Grup C—hasil yang jauh dari ekspektasi publik.

 

Datang dengan penuh percaya diri berkat persiapan matang, termasuk uji coba kelas elite melawan Mali, Garuda Muda awalnya terlihat siap mempertahankan mahkota emas yang pernah mereka rebut. Namun, realitas di lapangan berkata lain. Pada laga pembuka, Indonesia dipaksa menyerah 0-1 oleh Filipina, sebuah hasil yang langsung mengguncang kepercayaan diri tim. Meski bangkit pada pertandingan berikutnya lewat kemenangan 3-1 atas Myanmar, posisi kedua di klasemen Grup C tidak cukup untuk mengantar mereka melaju otomatis ke semifinal.

 

Dengan status runner-up, Indonesia harus masuk hitungan persaingan ketat antar grup untuk memperebutkan tiket semifinal bagi peringkat kedua terbaik. Namun lagi-lagi keberuntungan tak memihak. Ivar Jenner dan rekan-rekan tumbang dalam hitungan selisih gol, kalah dari Malaysia yang tampil lebih produktif.

 

Kegagalan ini terasa begitu menyakitkan karena Indonesia sejatinya datang dengan modal mewah—bahkan mungkin salah satu yang terbaik dalam sejarah keikutsertaan di SEA Games. Indra Sjafri membawa sederet pemain muda dengan jam terbang tinggi di level senior, mulai dari Ivar Jenner, Rafael Struick, Hokky Caraka, hingga Mauro Zijlstra. Nama-nama yang sebelumnya menjadi kepercayaan Shin Tae-yong pada Piala AFF 2025 seperti Dony Tri, Muhammad Ferarri, Kadek Arel, dan Rivaldo Pakpahan juga memperkuat kedalaman skuad.

 

Dari sisi nilai pasar pun Indonesia tampil impresif. Skuad Garuda Muda ditaksir bernilai Rp55,19 miliar—hanya kalah dari Vietnam yang memimpin daftar dengan Rp69,53 miliar. Dengan deretan pemain diaspora seperti Ivar Jenner dari FC Utrecht, Dion Markx dari TOP Oss, hingga Mauro Zijlstra dari Volendam, Indonesia sejatinya memiliki kemewahan yang jarang dimiliki tim lain. Klub-klub mereka bahkan bersedia melepas para pemain ini meski SEA Games bukan kalender resmi FIFA.

 

Tak hanya armada pemain, tim pelatih Indonesia juga bertabur nama besar. Indra Sjafri, sosok yang sudah menorehkan banyak prestasi di level usia, memimpin jajaran staf yang juga dihuni figur-figur terkemuka seperti Bima Sakti, Kurniawan Dwi Yulianto, Zulkifli Syukur, dan Sahari Gultom.

 

Namun pada akhirnya, deretan keistimewaan tersebut belum cukup untuk mengamankan satu tempat di semifinal—apalagi mempertahankan medali emas. SEA Games 2025 menjadi pengingat keras bahwa dalam sepak bola, kemewahan di atas kertas tidak selalu menjamin hasil di lapangan. Dan untuk Garuda Muda, perjalanan ini akan menjadi pelajaran berharga sebelum kembali terbang lebih tinggi di kesempatan berikutnya.

EMASPUTIHTOTO