Kemenangan yang Tak Menyelamatkan: Evaluasi Pahit Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025

2025-12-14 04:34:00 By Ziga

Langkah Timnas Indonesia U-22 di ajang SEA Games 2025 harus terhenti lebih cepat dari yang diharapkan. Meski menutup fase grup dengan kemenangan, hasil tersebut tak cukup menghindarkan Garuda Muda dari kegagalan melangkah ke semifinal. Situasi ini pun memunculkan beragam evaluasi, terutama terkait keputusan taktis pelatih Indra Sjafri yang dinilai berpengaruh besar terhadap nasib tim.

 

Kemenangan 3-1 atas Myanmar pada laga terakhir Grup C sejatinya membuka asa. Harapan untuk melaju ke babak berikutnya sempat menguat, terutama setelah Indonesia tampil dominan dan mampu mengamankan tiga poin. Namun, hitung-hitungan klasemen berkata lain. Selisih gol yang kalah dari Malaysia membuat Indonesia harus rela tersingkir meski mengakhiri fase grup dengan hasil positif.

 

Sorotan utama dalam pertandingan tersebut tertuju pada Jens Raven. Penyerang Bali United itu tampil sebagai supersub dan langsung memberi dampak signifikan. Masuk pada menit ke-68, Raven sukses mencetak dua gol yang mengubah dinamika pertandingan dan memastikan kemenangan Indonesia.

 

Namun, di balik penampilan impresif tersebut, muncul pertanyaan besar. Banyak pihak menilai masuknya Jens Raven terlalu terlambat. Dengan kontribusi instan yang ia berikan, publik menilai peluang Indonesia untuk menang dengan selisih gol lebih besar seharusnya terbuka andai Raven dimainkan sejak awal laga atau setidaknya di awal babak kedua.

 

Keputusan Indra Sjafri memasukkan Hokky Caraka lebih dahulu dibanding Raven menjadi bahan perdebatan. Pengamat sepak bola Ronny Pangemanan menilai momen pergantian pemain sebagai titik krusial. Ia menyebut bahwa sejumlah pihak berpendapat Raven seharusnya mendapatkan kesempatan lebih awal, mengingat kebutuhan Indonesia untuk mengejar margin gol.

 

Meski demikian, Ronny Pangemanan juga menegaskan bahwa Jens Raven tetap mampu menjawab kepercayaan pelatih. Dua gol yang dicetaknya menjadi bukti kualitas serta mentalitas sang pemain dalam situasi sulit. Bersama satu gol tambahan dari Tony Firmansyah, Indonesia memastikan kemenangan atas Myanmar, walau kemenangan itu tak mengubah posisi akhir di klasemen.

 

Tersingkirnya Timnas Indonesia U-22 terasa semakin pahit karena status mereka sebagai juara bertahan. Kekalahan 0-1 dari Filipina pada laga sebelumnya menjadi beban yang tak mampu ditebus di pertandingan terakhir. Hasil tersebut akhirnya memaksa Indonesia angkat koper lebih awal dari SEA Games 2025.

 

Ronny Pangemanan mengakui bahwa hasil ini sulit diterima. Ia menyoroti jurang antara target dan kenyataan yang harus dihadapi tim. Dari ambisi mempertahankan medali emas seperti di SEA Games 2023, Indonesia justru gagal menembus fase gugur. Sebuah kenyataan yang sebelumnya sulit dibayangkan.

 

Meski demikian, hasil ini dinilai harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh bagi tim kepelatihan. Persiapan yang dinilai tidak seideal dua tahun lalu turut disinggung sebagai salah satu faktor yang memengaruhi performa tim, termasuk soal chemistry antarpemain yang belum sepenuhnya terbentuk.

 

Di tengah kekecewaan, Ronny Pangemanan mengingatkan publik untuk tetap memberi dukungan. Ia menegaskan bahwa kritik seharusnya disampaikan secara konstruktif, bukan berubah menjadi serangan personal kepada para pemain muda yang telah berjuang maksimal di lapangan.

 

Kegagalan di SEA Games 2025 menjadi pelajaran mahal bagi Timnas Indonesia U-22. Evaluasi, pembenahan, dan dukungan publik akan menjadi kunci agar Garuda Muda bisa bangkit dan kembali lebih kuat di turnamen internasional berikutnya.

EMASPUTIHTOTO