Bruno Fernandes: Antara Kritik, Kontribusi, dan Tantangan Kepemimpinan di Manchester United

2025-12-12 01:52:46 By Ziga

Performa Bruno Fernandes kembali menjadi sorotan, terutama di tengah perjalanan Manchester United yang penuh gejolak di musim ini. Meski sang kapten terus menunjukkan kontribusi signifikan dengan gol dan assist, banyak pihak yang mulai mempertanyakan bagaimana ia memimpin tim di lapangan. Tekanan terhadap Fernandes semakin meningkat, seiring dengan hasil-hasil inkonsisten yang terus dialami oleh MU, meskipun ia tetap menjadi salah satu pemain kunci.

 

Patrice Evra, mantan bek legendaris Manchester United, menjadi salah satu figur yang menyuarakan kritik terhadap Fernandes. Evra menilai meskipun kontribusi besar sang gelandang tak terbantahkan, ada masalah mendasar terkait cara Fernandes mengontrol permainan tim. Menurutnya, Fernandes cenderung tampil di berbagai area lapangan, yang malah mengurangi peran utamanya dalam mengatur tempo permainan.

 

Seiring dengan performa inkonsisten United, Fernandes menghadapi sorotan tajam. Hal ini menjadi lebih jelas ketika dia menolak tawaran besar dari klub-klub Liga Arab Saudi demi bertahan di Old Trafford. Meski begitu, kontribusinya tetap tak bisa dipandang sebelah mata. Fernandes terlibat dalam 10 dari 26 gol yang tercipta bagi United di Premier League musim ini, sebuah angka yang cukup impresif.

 

Namun, bagi Evra, meski Fernandes sering mencetak gol dan memberikan assist, ia melihat ada yang hilang dari kepemimpinan sang kapten. Evra menilai, kecenderungannya untuk berada di berbagai area lapangan justru membuatnya kehilangan kontrol atas permainan, terutama dalam hal pengaturan tempo. Gaya permainan yang tidak terfokus di satu posisi ini dinilai Evra sebagai sebuah kelemahan.

 

“Bruno selalu menjadi topik sensitif bagi banyak orang,” kata Evra dalam wawancaranya. “Terkadang, yang kita anggap sebagai kapten sejati itu sangat bervariasi. Misalnya, Anda bisa saja punya tipe kapten seperti Roy Keane, yang tegas dan mengatur segalanya, atau seorang kapten yang lebih fleksibel. Bruno memberikan assist dan mencetak gol, itu tidak pernah jadi masalah. Tetapi bagi saya, masalah utama adalah bagaimana dia mengontrol ritme permainan saat menguasai bola,” ujar Evra, yang mengungkapkan pandangannya dengan jujur.

 

Evra menambahkan, “Kadang-kadang saya bahkan tak bisa mengatakan posisi mana yang sebenarnya ia mainkan. Dia ada di mana-mana. Sebagai kapten, Anda kadang merasa ingin melakukan segalanya, tetapi pada akhirnya, Anda malah keluar dari posisi yang semestinya.” Ia juga menegaskan bahwa meski Fernandes mungkin sering berposisi di luar area yang biasanya, tanpa dia, United tak akan berada di posisi mereka sekarang ini.

 

Meskipun kritik yang disampaikan cukup tajam, Evra tidak menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Fernandes sebagai kapten. Justru, ia menekankan bahwa peran seorang kapten di tim besar seperti Manchester United bisa sangat berpengaruh terhadap performa pemain. Evra kemudian mengingatkan tentang contoh yang lebih dekat, yakni kasus Harry Maguire.

 

Pada tahun 2023, setelah Erik ten Hag mencopot ban kapten dari Maguire, banyak yang meragukan dampak perubahan itu terhadap bek tengah asal Inggris tersebut. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Beban yang hilang dari pundak Maguire membuatnya tampil lebih lepas dan berkembang. Evra melihat bahwa Maguire justru mendapat manfaat dari tidak lagi memikul tanggung jawab besar sebagai kapten, yang membantunya tampil lebih baik di dua musim terakhir.

 

Setelah perubahan itu, Maguire tampil semakin solid, terutama setelah menyesuaikan diri dengan sistem tiga bek di bawah asuhan Ruben Amorim. Kontribusinya pun tak kalah signifikan, dengan mencetak enam gol sejak musim lalu. Beberapa gol krusial yang ia cetak, seperti kemenangan pertama United di Anfield dalam satu dekade, serta gol penentu kemenangan dramatis melawan Lyon di Liga Europa, menjadi bukti bahwa perubahan peran ini membawa dampak positif bagi sang pemain.

 

Kisah Fernandes dan Maguire menggambarkan bagaimana perubahan dalam peran kepemimpinan bisa memengaruhi performa individu di lapangan. Fernandes, meskipun tetap menjadi motor serangan United dengan gol-gol penting dan assist, tampaknya harus menemukan cara yang lebih baik dalam mengatur permainan dan kepemimpinan tim. Mungkin, tekanan besar yang ia tanggung sebagai kapten membuatnya cenderung mencoba untuk "berada di mana-mana," alih-alih mengendalikan tim dari posisi sentralnya yang lebih alami.

 

Namun, apakah Fernandes akan bisa beradaptasi dengan perannya sebagai kapten ataukah perubahan gaya bermain akan lebih menguntungkan dirinya dan tim? Itu adalah pertanyaan yang hanya waktu yang bisa menjawab. Yang jelas, Manchester United membutuhkan sang kapten untuk menemukan keseimbangan antara kreativitas di lapangan dan pengendalian tempo permainan, agar tim bisa meraih hasil yang lebih konsisten dan kembali ke jalur kemenangan.

EMASPUTIHTOTO