3 Detail Penting yang Terlewat dari Laga Barcelona vs Girona

2025-10-20 01:55:17 By Ziga

Barcelona sukses mengamankan tiga poin krusial saat menjamu Girona dalam lanjutan pekan ke-9 La Liga 2025/2026. Duel yang digelar di Estadi Olímpic Lluís Companys, Sabtu malam (18/10), bukan sekadar laga biasa—ia menghadirkan drama penuh warna, dari guyuran hujan hingga sorotan matahari, dari tekanan mencekam hingga ledakan emosi.

 

Panggung utama malam itu? Ronald Araújo. Bek asal Uruguay ini menjadi pahlawan kemenangan lewat gol penentu yang tercipta di masa injury time. Sebuah momen yang bukan hanya memastikan kemenangan 2-1, tapi juga memompa kembali spirit juang Blaugrana.

 

Kemenangan ini datang di saat yang tepat. Barcelona baru saja melewati jeda internasional dalam kondisi kurang ideal—cedera menumpuk dan kepercayaan diri yang sempat goyah usai kekalahan menyakitkan dari PSG dan Sevilla. Namun di tengah keterbatasan, tim racikan Hansi Flick justru menunjukkan karakter kuat: berani, tenang, dan penuh determinasi.

 

Flick sendiri membuat gebrakan dalam susunan pemain. Ia memadukan talenta muda dan pemain berpengalaman untuk menyeimbangkan tempo permainan. Sayangnya, kemenangan manis itu sedikit ternoda oleh kartu merah yang membuat sang pelatih harus absen dalam laga akbar El Clásico kontra Real Madrid.

 

Namun, di balik tiga poin yang diraih, ada sejumlah sisi menarik dari laga ini yang luput dari sorotan utama. Berikut tiga di antaranya:

 

1. Montjuïc Masih Terasa Asing bagi Barcelona

 

Estadi Olímpic Lluís Companys memang megah, tapi belum terasa sebagai "rumah" bagi Barcelona. Atmosfer dalam laga kontra Girona terasa datar—bahkan suara suporter tim tamu kerap terdengar lebih nyaring dibanding pendukung tuan rumah.

 

Dengan kapasitas lebih dari 55.000 kursi, hanya sekitar 43.000 yang terisi malam itu. Banyak di antaranya adalah wisatawan, bukan loyalis Blaugrana. Hal ini memang menguntungkan dari sisi finansial klub, tapi jelas berdampak pada intensitas dukungan langsung yang selama ini menjadi kekuatan utama di Camp Nou.

 

Jika Barcelona ingin menjadikan Montjuïc sebagai benteng sementara yang benar-benar “hidup”, ikatan emosional dengan para pendukung harus kembali diperkuat.

 

2. Marc Casado, Bintang Muda yang Bersinar Terang

 

Dipercaya tampil sejak menit pertama, Marc Casado menjawab kepercayaan dengan performa luar biasa. Gelandang muda jebolan La Masia ini tampil dominan di lini tengah bersama Pedri dan Frenkie de Jong.

 

Selama 82 menit di lapangan, Casado mencatatkan 86 sentuhan, 95% akurasi operan, menciptakan dua peluang, dan—yang luar biasa—tak kehilangan bola sekalipun. Di sisi defensif, ia pun solid: dua blok, dua intersep, dan empat recovery sukses.

 

Saat digantikan, seluruh stadion berdiri memberikan tepuk tangan. Sorak sorai untuk Casado bukan hanya untuk malam itu, tapi mungkin juga sebagai sambutan atas lahirnya pilar masa depan Barcelona. Emosinya saat merayakan gol Araújo mencerminkan rasa memiliki yang kuat—sesuatu yang tak bisa diajarkan, hanya bisa dirasakan.

 

3. Selebrasi Emosional Flick: Lebih dari Sekadar Kartu Merah

 

Satu momen yang mencuri perhatian publik terjadi di pinggir lapangan—selebrasi emosional Hansi Flick saat gol penentu tercipta. Sang pelatih meluapkan kegembiraannya dengan penuh energi, sebuah ekspresi mentah yang langka dari pria Jerman itu.

 

Wakil presiden klub, Rafa Yuste, bahkan menanggapinya dengan gurauan ringan. Ia menyebut selebrasi Flick sebagai "butifarra", merujuk pada sosis khas Katalonia, seolah mengisyaratkan bahwa sang pelatih mulai menyatu secara budaya dengan klub dan kota.

 

Meski harus absen memimpin tim di El Clásico akibat kartu merah, kemenangan atas Girona adalah sinyal penting: Barcelona masih punya nyala, masih punya bara, dan masih punya alasan untuk diperhitungkan di jalur juara.

 

Penutup

 

Laga melawan Girona bukan hanya soal angka di papan klasemen. Ia adalah potret dari ketahanan mental, munculnya bintang baru, dan hubungan emosional antara pelatih, pemain, dan klub. Di balik skor 2-1, Barcelona menemukan kembali identitasnya—dan mungkin juga momentumnya.